Selasa, 24 Juli 2012

Guru dan Tahi Sapi

Judul di atas tak bermaksud membandingkan apalagi bermakna menyamakan, ini hanya sekedar satu dari ribuan kisah perjuangan seorang guru. walau  kedua subyek tersebut nantinya akan berhubungan hanya sebatas hubungan dramatisir keadaan.

Guru adalah juga seseorang yang secara sosial terangkat derajatnya. guru apapun kalau namanya guru pastilah punya kelebihan dibandingkan anak muridnya. kenyataanya secara material tersisih dari yang pekerjaan lain. dan rupanya di negeri ini sudah tercipta pandangan kalau menjadi guru hidupnya harus pas-pasan, kalaupun ada guru yang lumayan secara ekonomi maka pandangan masyarakat sudah beda, sepertinya mereka hendak mengatakan 'pastilah ngajarnya tidak tertib, kok bisa kerja sampingan lain'.

Seperti fenomena belakangan ini, guru dapat gaji tambahan dari sertifikasi guru, lalu guru bingung menggunakan untuk apa,akhirnya membeli mobil adakah keputusan rata-rata yang diambil. fenomena ini dipandang masyarakat seperti sebuah anomali dari kelakuan guru seharusnya, mungkin menurutn mereka guru ya...harus hidup seadanya, makin seadanya seperti menunjukkan semakin tingginya keikhlasan  guru dalam mengajar.

Kembali kecerita seperti judulnya. Pagi-pagi dengan semangat pertanggung jawaban sebagai panitia ujian nasional kami berangkat menuju pengambilan soal. Sesuai ketentuan soal un memang sangat rahasia sehingga proses sampai ke sekolah harus mengikuti prosedur yang berlaku. Kami menuju kantor polisi terdekat jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolahan, untuk lebih cepat kami memakai sepeda motor berboncengan, di tengah jalan sepeda motor kami persis berada di belakang mobil pickup terbuka yang membawa hewan ternak sapi.

kalkulasi teman saya jika posisi kami tetap di belakang maka kemungkinan terlambat datang dapat dipastikan, berlagak seperti layaknya pembalap dengan posisi badan agak membungkuk teman saya siap-siap untuk mendahului mobil pickup bak terbuka tersebut. Rupanya sebelum sempat niat dilaksanakan, sapi-sapi di bak mobil pickup terbuka buang kotoran sambil mengibas-ngibaskan kakinya ke luar, jadilah kotoran yang masih hangat dengan leluasa beterbangan keluar.

Hujan kotoran sapi tidak bisa dihindari, jadilah kotoran sapi yang masih hangat jadi sarapan pagi, ditambah pagi tadi belum sarapan, bau dari kotoran seperti masuk sempurna kedalam hidung ditengah perut yang keroncongan.

Mau balik kerumah ganti pakaian yang belepotan tidak mungkin soal un sudah di tunggu, akhirnya dengan bau yang masih semerbak soal berhasil diambil dan sampai tujuan dengan tepat, walaupun semua panitia yang menerima soal terpaksa menahan tawa dan menahan nafas.

Sampai sekarang teman saya berkesimpulan bahwa kejadian ini bagian dari sabotase un terencana dengan melibatkan para pihak lintas makhluk hidup, kecurigaan adalah ada seseorang yang membisik sapi supaya  sengaja membuang kotorannya di jalan, hehehe ada-ada saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar