Anak muda itu tergopoh-gopoh setengah berlari sambil mengangkat tas dan sepatunya mengejar truk pengangkut karet hasil bumi Loksado, "maaf pak Ipan, kirain bapak tidak jadi ikut" santun kenek truk sambil menaikkan barang bawaan bapak Ipan, " sudah lama nunggu saya? jalan dari desa Pariang luar biasa becek, biasanya tidak seperti ini" kisah pak Ipan. "kalau hujan tanggung derasnya begitu pak, mending hujan deras sekalian aja, jadi tidak terlalu becek". " Bapak duduk di depan aja...biar saya yang jaga barang di bak ini", " nggak usah..kamu aja di depan...di desa Muara Katib si Adun minta ikut sekalian, nanti saya kelewatan" tolak Bapak Ipan.
Bagi orang bisa menaiki truk dengan muatan hasil perkebunan karet mungkin sesuatu yang sangat luar biasa hebat, bau karet sangat penyengat hidung, baunya seperti kotoran, berbau busuk tiada terkira, bahkan pakaian yang dipakaipun baunya tidak luntur seharian. Karet ini sebelum dijual biasanya di rendah dahulu si sungai, selain salah satu teknik menyimpan karet, cara ini juga digunakan untuk menambah berat karet sewaktu di timbangan sewaktu menjual, bau busuk tadi dari sinilah berasal, dari rendaman karet berhari-hari.
Merendah karet di sungai bukannya tanpa resiko, pernah ribuan kilogram karet penduduk hanyut terbawa arus banjir bandang selepas hujan beberapa bulan yang lalu dan hilang entah kemana, belajar dari pengalaman itu penduduk kini lebih banyak yang membuat kolam penampungan, alhasil baunya pun tak tertahankan.
Ini tahun kedua bagi Bapak Ipan keluar masuk hutan sisi selatan pegunungan Meratus ini, kecintaan terhadap dunia pendidikan mampu merelakaan dirinya untuk menyambangi anak-anak sisi pegunungan Meratus. Penduduk di desa ini mempunyai karakter unik, selain dimanjakan dengan alam dengan perkebunan yang luas, penduduk secara eekonomi mereka berkecukupan, jadi jangan heran merk-merk hp terkenal di tenteng ada mud di desa ini. Arus Globalisasi ternyata juga mendesak desa ini untuk berkenalan dengan teknologi komunikasi, tetapi sayangnya lama kelamaan ini hanya menjadi bencana sosial. Kemajuan peralatan (gadget) komunikasi tidak seimbang dengan perubuhan pola pikir mereka, yang terjadi adalah menggunaan alat ini hanya untuk hiburan semata, kadang juga hanya untuk akses film pornografi.
Kecenderungan perubahan sosial menuju kekacauan kondisi sosial inilah yang ditangkap oleh Pak Ipan, kepedulian ini ditambah lagi melihat tindakan dari pemerintah kadang salah sasaran hanya mementingkan angka partisipasi kasar pendidikan yang pasti mengabaikan kualitas dari pendidikan itu sendiri.
Untuk dapat melakukan intervensi jalan saat ini jalan yang tersedia adalah dengan menjadi guru SMP terbuka, tanpa gaji yang cukup dan dukungan yang minim kadang bahkan direndahkan, Bp Ipan sendiri bernaung dari sebuah yayasan yang berasal dari salah satu partai politik, dukungan ini jualah yang menjadikan SMP terbuka masih bisa bertahan, ditengah keinginan oknom pihak Dinas pendidikan yang mengingkan diberhentikannya kegiatan ini, dengan alasan hanya membebani persentasi kelulusan siswa SMP secara keseluruhan di Kabupaten ini.
Merendah karet di sungai bukannya tanpa resiko, pernah ribuan kilogram karet penduduk hanyut terbawa arus banjir bandang selepas hujan beberapa bulan yang lalu dan hilang entah kemana, belajar dari pengalaman itu penduduk kini lebih banyak yang membuat kolam penampungan, alhasil baunya pun tak tertahankan.
Ini tahun kedua bagi Bapak Ipan keluar masuk hutan sisi selatan pegunungan Meratus ini, kecintaan terhadap dunia pendidikan mampu merelakaan dirinya untuk menyambangi anak-anak sisi pegunungan Meratus. Penduduk di desa ini mempunyai karakter unik, selain dimanjakan dengan alam dengan perkebunan yang luas, penduduk secara eekonomi mereka berkecukupan, jadi jangan heran merk-merk hp terkenal di tenteng ada mud di desa ini. Arus Globalisasi ternyata juga mendesak desa ini untuk berkenalan dengan teknologi komunikasi, tetapi sayangnya lama kelamaan ini hanya menjadi bencana sosial. Kemajuan peralatan (gadget) komunikasi tidak seimbang dengan perubuhan pola pikir mereka, yang terjadi adalah menggunaan alat ini hanya untuk hiburan semata, kadang juga hanya untuk akses film pornografi.
Kecenderungan perubahan sosial menuju kekacauan kondisi sosial inilah yang ditangkap oleh Pak Ipan, kepedulian ini ditambah lagi melihat tindakan dari pemerintah kadang salah sasaran hanya mementingkan angka partisipasi kasar pendidikan yang pasti mengabaikan kualitas dari pendidikan itu sendiri.
Untuk dapat melakukan intervensi jalan saat ini jalan yang tersedia adalah dengan menjadi guru SMP terbuka, tanpa gaji yang cukup dan dukungan yang minim kadang bahkan direndahkan, Bp Ipan sendiri bernaung dari sebuah yayasan yang berasal dari salah satu partai politik, dukungan ini jualah yang menjadikan SMP terbuka masih bisa bertahan, ditengah keinginan oknom pihak Dinas pendidikan yang mengingkan diberhentikannya kegiatan ini, dengan alasan hanya membebani persentasi kelulusan siswa SMP secara keseluruhan di Kabupaten ini.