Jumat, 28 September 2012

Meniti Jalan (cerber bag 1)

Meninggalkan sebagian isi karung yang makin berat ini sama artinya dengan berpuasa beberapa hari " gumam Ajan dalam hati. bagaimanapun juga tas ransel usang dan karung bekas beras ini harus sampai ke bidakan*. dihematpun kadang beras dan ikan asin tersebut  tidak cukup untuk satu bulan apalagi harus ditinggal. tapi semakin lama ransel dan karung semakin berat, seperti keringat yang keluar menjadi batu-batu kali yang berpindah menjadi isi tas dan karung.

Tempo hari awal-awal sekolah ketika semangat lagi membara, perjalanan 60 km ini seakan dekat, deretan pegunungan meratus terasa nikmat dinikmati hanya dengan berjalan kaki, tak terasa lelah jua menghampiri, tanah merah ini terasa lembut di pijak, laksana permadani merah yang membentang menuju arah impian, bau dedaunan adalah wewangian alam menyeruak kerongga hidung membuat kenangan. Bahkan sulit membedakan antara basah kuyup keringat dengan basah tubuh sehabis berendah di sungai Loksado, semua terasa sejuk.

Kota Kandangan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan bukanlah kota besar, tetapi kota ini cukup membuatku menjadi takjub. Sekian lama di hutan hanya tiap hari hanya bahuma**  manoreh** selebihnya berburu, waktu itu duniaku ini sudah terasa besar dan lengkap, bersenda gurau di rumah dengan saudara-saudaraku, sudah cukup bagiku.

Perkenalan dengan Bapak Ipan lah yang membuat duniaku mengerucut kecil, dari puluhan buku SMP terbuka yang kubaca barulah aku sadar bahwa selama ini aku berada di dunia yang tak pernah di impikan anak seuasiaku dimanapun  di dunia ini.

" minggu depan bapak bawakan lagi buku-buku bagus untuk kalian" ucap bapak Ipan, 
" buku yang banyak gambarnya pak..." sakut Marlan dengan riang 
" Jangan hanya melihat gambarnya saja, mulailah mengeja hurufnya pelan-pelan". 

walaupun kami kelas 1 di SMP terbuka sebagian besar dari kami belum mampu membaca dengan lancar. kakak kelas kami tahun lalu berjumlah 17 orang lulus ujian nasional semua, tetapi tetap belum bisa dengan lancar membaca, konon katanya mereka menjawab tanpa membaca soal, "mungkin keberuntungan" kata Isna, sambil mengendong anaknya usia 2 tahun.

" gambarnya jangan digunting, nanti temanya tidak bisa lagi melihat-lihat"
" itu...pak...yang gunting si Atur..." kilah Adun, dia tahu si Atur tidak hadir hari ini
" Si Atur mana? " selidik pak Ipan
" Mahambit*** pak..."
" oh...., kasih sama Atur ya... Marlan buku yg kamu baca itu...biar dia tidak ketinggalan pelajaran hari ini"
" ingih pak" jawab Marlan sambil sibuk bolak-balik buku Ensiklopedia Antariksa kusam yang tinggal separo

bersambung....


Bidakan       : Bahasa banjar untuk bumah kontrakan kecil dengan hanya 1 kamar
Bahuma       : Bahasa banjar untuk  bertani dan berladang
Mahambit   : Bahasa banjar membuat atap rumah berbahan dasar daun dan pelepah pohon Aren








Perjalanan Menuju Tsunami 3

Pelatihan Kompetensi Tenaga Pendidik dengan tema Menjadi Guru Kreatif Dengan Pemanfaatan Blog Sebagai Media Pembelajaran, inilah yang tertulis di baliho yang terpampang jelas di depan sekolahan, tema ini jualah yang membuat saya dipanggil kesini di SMA Unggul Aceh Timur. Pesertanya adalah para guru SMA dan SMP se Aceh Timur.

Saya tidak akan menceritakan secara detil bagaimana pelatihan ini berjalan, yang jelas sabagai narasumber yang jauh-jauh datang saya harus menawarkan sesuatu yang berbeda, pengetahuan tentang blog sendiri berkembang pesat di Indonesia beberapa tahun belakang ini, jadi tidak dipungkiri di Aceh Timur pun tersedia nara sumber yang lebih piawai.

Dugaan saya benar diantara para peserta terdapat beberapa guru yang pernah ikut pelatihan di beberapa kesempatan bahkan diantaranya sampai ke luar negeri, ini bukanlah sesuatu yang saya kawatirkan "jangan-jangan apa yag saya berikan sudah basi" seperti saya bilang tadi saya menawarkan sesuatu yang baru dalam dunia blog setidaknya di Aceh Timur ini. Alhasil hampir seluruh peserta kaget dengan pengetahuan baru yang saya utarakan dan pelatihan pun berjalan lancar.

Rupanya benar apa yang dikatakan teman saya, kuliner di Aceh tidak jauh-jauh dari menu dasar kambing, kali ini untuk menu hidangan pelatihan ini panitia menyembelih satu ekor kambing,...sempurna. saya tidak tahu nama menu hidangan kali ini tapi yang jelas satu ekor kambing di masak dari ekornya sampai kepala kambing lengkap tersedia dimeja makan. hidangan mulai di santai sebagai pelengkap untuk menetralisir di sediakan jus timun yang segar.

Hari ini berlalu tanpa terasa, dunia guru kalau penuh keakrapan terasa betah untuk dilakoni, seperti dalam pelatihan ini, semua peserta mencair dalam satu suasana, mendapatkan ilmu dan saling berbagi ilmu. suasana keakrapan inilah yang membuat kerinduan hadir, entah kapan dapat  berjumpa dengan kawan-kawan di sini, yang jelas kenangan ini begitu membekas dihati dan kelak menjadi kisah yang tak terlupakan.

Ingin sekali menghabiskan waktu berlama-lama di Peureulak, belum juga selesai menyelusuri ini saya harus sudah melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh malam ini juga, tiket penerbangan sudah dibeli dengan jadwal jam 02.00 siang hari besok. setelah shalat Isya kami saya pamit dengan keluarga teman saya (pak Nurdin).

Perjalanan menuju Banda Aceh cukup jauh mengingat Kota Peureulak tepat berada diantara Banda Aceh dan Medan, dua alternatif angkutan yang bisa kita naiki, Bus atau dengan mobil Colt L300, dari sisi waktu dengan menaiki L300 jarah tempuh lebih cepat, berangkat jam 8 malam kemungkinan tiba jam 2 pagi, dengan Bus tiba di Banda Aceh sekitar jam 5 pagi, mempertimbangkan kenyamanan maka lebih memilih menaiki Bus.

Perjalanan ini melewati beberapa kota di propinsi ini, sayangnya perjalanan ini malam hari, yang nampak dari dalam bus hanyalah nyala lampu-lampu listrik di beranda rumah-rumah penduduk. tidur adalah pilihan yang tepat untuk mempersiapkan tenaga beraktifitas esok hari di Banda Aceh, sebelum keberangkatan pesawat menuju Jakarta, ikon kota Banda Aceh harus di kunjungi " Majid Raya Baiturrahman dan Museum Tsunami.

selanjutnya....(Perjanalan Menuju Tsunami 4)

Sabtu, 22 September 2012

Ketika Seminar Di Hotel Berbintang

Tulisan ini tidak bermaksud menertawakan atau pelecehkan, sekedar melihat kenyataan prilaku manusia ketika berada pada peradapan yang berbeda, saya sengaja menyebutnya begitu biar tambah ekstrem, dan kejadian ini bisa saja anda artikan sebagai sebuah kisah lucu, sebagai betapa besarnya ketimbangan sosial yang secara tidak sadar tercipta, atau bahkan sebagai pengalaman anda sendiri.

Awal tahun 2007 saya bersama teman-teman mendapatkan undangan untuk mengikuti kegiatan workshop bertempat di salah satu hotel di kota Surabaya, sedangkan kami dari Kalimantan  untuk menuju kesana perlu melakukan perjalanan udara, yang bagi beberapa teman saya ini merupakan perjalanan kali pertama.

Workshop yang kami ikut adalah tentang pendidikan, terkhusus bagi guru-guru SMP terbuka Se Indonesia, bisa dibayangkan SMP terbuka rata-rata letakknya di pelosok, karena walaupun SMP terbuka diperuntukkan untuk usia sekolah yang ingin sekolah tetapi terkendala waktu, tetapi di Indonesia rata-rata bukan kendala waktu lebih pada kendala keadaan sosial, kultur dan kendala geografi untuk mencapai SMP reguler, sehingga sama dengan asal murid para guru-gurunya juga berasal dari daerah yang peradapannya masih sekelas kampung (maaf saya sebut demikian supaya lebih dramatisir).

Pesawat mulai take off perlahan, persis disamping saya teman yang baru pertama kali naik pesawat secepatnya berdoa sambil memejamkan mata, berdoa agar perjalanan selamat sampai tujuan. dibelakang saya pada grusuk-grusuk ribut, ternyata mereka mengadakan taruhan...dan taruhanya luar biasa sulit untuk di capai...taruhannya adalah siapa yang bisa mencium salah satu pramugari dalam penerbangang ini adalah pemenangnnya...luar biasa tinggi tantangannya, saya..tentu saja tidak berani ikut.

Teman disamping saya matanya masih terpenjam, berarti doanya belum selesai,...tepat 20 menit penerbangan berlangsung taruhan mulai dilaksanakan, salah seorang teman yang berjanji dapat mencium pramugari mulai beraksi, di mulai berjalan menuju wc pesawat di luar wc di ngobrol dengan pramugari..
T                 : Mbak...wcnya kosong?
Pramugari   : iya mas..silakan...
T                 : Apa...?
                     (sambil mendekatkan sedikit wajah ke telinga pramugari..)
Pramugari   : silakan...mas, di dalam tidak ada orang...
T                 : Apa mbak..... lebih keras ngomongnya saya tidak bisa mendengan
                      (sambil terus mendekatkan wajah....)
Pramugari   : (juga mendekatkan wajah ke T ) silakan mas...wcnya kosong....
T                 : Apa Mbak...maaf saya tidak bisa dengar....(terus mendekat...)
Pramugari   : Silakan mas...wcnya kosong ( sambil menunduk memposisikan wajah sejajar dengan T)
T                  :   oh...terimaksih
                     ( sambil reflek bergerak dgn tidak sengaja menyentuhkan bibir ke pipi pramugari )

Pesawat hampir landing, teman disamping masih terpejam, saya kira doanya masih panjang.., sampai pesawat mendarat dan separuh penumpang berdiri, teman saya masih saja terpejam matanya, luar biasa....doanya lebih panjang dari waktu perjalanan ini ( belakangan saya baru tahu kalau dia menghalau rasa takut naik pesawat dengan memejamkan mata) pantas heheheh.

Lobi hotel sesak dengan para peserta workshop dari berbagai wilayah di Indonesia, setelah menyelesaikan tugas administrasi, kunci kamar didapat. kejadian lucu di mulai lagi. ..dari, tidak bisa menyalakan lampu listrik di kamar sampai buang hajat di toilet duduk bingung cari gayung untuk cebok.

Sarapan malam di sediakan, dalam waktu singkat habis tak tersisa, sekali lagi luar biasa....makanan untuk porsi 150 orang dihabiskan oleh sekitar 85 orang peserta, sisanya beli makan diluar heheheh...petugas hotel kebingungan, sambil menelisik jangan-jangan ada yang membungkus membawa pulang. Rupanya kejadian sarapan alam ini berulang pada acara makan-makan selanjutnya, alhasil pihak hotel pun mengambil kebijakan porsi diperbesar kulaitas menu diturunkan, jadilah sarapan dengan hanya satu dua menu lauk dan sayur saja dari yang tadinya prasmanan dengan hidangan berbagai menu.

Melihat daftar harga kamar permalam yang hampir sama dengan gaji honor pengajar di SMP terbuka, para peserta menjadi takjub sekaligus bangga, ini adalah salah satu pencapaian terbesar dalam hidup, melakukan perjalanan udara dan menginap di hotel kelas berbintang, sejarah yang perlu diabadikan kedalam artefak sebagai bukti nyata, jadilah setiap ada fotografer yang menjepret para peserta bergaya dikira adalah bagian dari panitia padahal para fotografer lepas yang menjual dan memajang foto-foto halaman hotel, sebagian teman saya mendominasi foto-foto yang dipajang tersebut dan yang ditebus hanya satu. heheheh.

Hotel tempat kami menginap merupakan hotel berbintang, konon katanya tempat yang sama di tempati oleh pejabat-pejabat daerah kalau ke Surabaya. dengan kesimpulan demikian maka taman-taman sepakat untuk jalan-jalan kepertokoan dengan memakai "sandal" yang sama, sandal  yang tersedia di tiap kamar hotel, sandal yang lengkap dengan logo hotel. "biar orang tahu bahwa kita nginap di hotel ini" kata ketua regu rombongan 20 orang menuju Tunjungan Plaza. heheheheh
 (tiga minggu kemudian saya ketemu lagi dengan salah satu dari mereka di pasar kampung dan masih dengan sandal yang sama, luar biasa, hehehhe)

Perjanalan Menuju Tsunami 2


Nangroe Aceh Darussalam memang di karunia Tuhan dengan keadaan geografis yang menakjubkan, tidak salah dalam sejarahnya Nusantara, Aceh merupakan wilayah kesultanan yang kuat, tidak mampu para penjajahan untuk menguasai wilayah ini secara menyeluruh. perpaduan antara sumber daya alam yang tinggi dengan tata kelolan pemerintahan yang maju saat itu menjadikan aceh sebagai salah satu pusat perekonomian dunia, hal ini jualah mengapa wilayah kesultanan Aceh menjadi hal yang penting bagi kolonilisasi.

Langkah saya dalam perjalan ini sudah sampai di kota Peureulak di Aceh Timur perjalanan ini terasa biasa jika hanya sekedar memenuhi undangan sebagai pemateri pada pelatihan TIK untuk guru-guru SMA Unggul Aceh Timur, tetapi menjadi luar biasa ketika saya pribadi dari Kalimantan yang berbeda Pulau bertemu untuk pertama kali ke wilayah Aceh, bagi kami penduduk Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan, Aceh bukanlah kota yang asing walau secara wilayah terpaut jarak yang jauh, tetapi secara psikologis sosial kami seakan punya ikatan, tak lain ini dikarenakan banyak ulama-ulama yang belajar mendalami ilmu agama islam belajar di Aceh atau sebaliknya banyak ulama--ulama yang mengajar di pondok pesantren berasal dari aceh.

Ikatan emosional dengan warga Aceh semakin lengkap ketika melihat penderitaan warga Aceh selama masa pergolakan, keinginan untuk menolong saudara-saudara di Aceh semakin kuat dan mengental ketika terjadi stunami yang maha dasyat beberapa waktu lalu.

Kota Peureulak di Aceh Timur tak berbeda rupanya dengan beberapa kota di Kalimantan Selatan, tapi yang mengesankan terlihat jelas denyut perekonomian yang semakin berkembang. ini menjadi luar biasa karena bagaimana mungkin dengan gejolak politik yang begitu dahsyat Aceh masih bisa bertahan dan terus berkembang walau perlahan. dan kesamaan yang paling jelas dengan beberapa kota di Kalimantan Selatan adalah pembangunan sarana umum yang masih banyak diabaikan oleh pemerintah pusat.

Kopi tarik Aceh sudah terhidang di meja saya, kata teman ini masih versi  peureulak belum kopi tarik aceh sesungguhnya, bagi anda yang terbiasa angkringan di kota Yogja pastilah anda akan terkejut setelah mencicipi kopi ini, perbedaan mendasar adalah tawaran rasa terakhir ketika kopi berada dimulut anda, sedikit asam tapi lebih lembut mungkin kopi dari Indocafe Original Blend menyerupai rasa kopi ini. ada sensasi tersendiri mungkin karena suasana Aceh yang kental. tentu sensasi ini didak dapat ditemui di Starbuck sekalipun.

Malam pertama di kota Peureulak saya dijanjikan wisata kuliner khas kota ini oleh teman saya, jadilah makan malam kami menyelusuri rumah makan sekita kota ini, sebelumnya singgah shalat isya di mesjid terdekat, pengetahuan saya tidak terlalu bgaus di bidang agama tetapi ada perasaan enak ketika shalat di Mesjid kota ini, mungkin kesamaan ayat-ayat atau amalan-amalan dengan kampung saya sehingga saya merasa seperti shalat di mesjid tempat kelahhiran saya Kalimantan Selatan.

Rupanya menu dengan bahan dasar kambing adalah pilihan makan malam hari ini, tidak lain "sate kambing". Bagi penikmat sate kambing anda perlu datang ke Aceh untuk benar-benar merasakan sate kambing sesunggunya. dengan bumbu sederhana seperti sate di wilayah Indonesia lainnya, berbedaanya adalah pada daging kambing yang dibakar benar-benar renyah, gurih dan tentunya enak waktu dikunyah, lima belas tusuk sate kambing tak terasa sudah pindah kedalam perut yang tersisa adalah separo nasi putih yang lupa saya makan karena keasikan dengan satenya.

Besok pagi-pagi kami sudah harus menuju lokasi pelatihan di SMA Unggul Aceh Timur, melihat betapa semangatnya para guru disini untuk menggali pengetahuan terkini untuk dapat terus membangun manusia-manusia Aceh yang kompeten, sampai jumpa besok pagi 

selanjutnya......(Perjalanan Penuju Tsunami 3)