Meninggalkan sebagian isi karung yang makin berat ini sama artinya dengan berpuasa beberapa hari " gumam Ajan dalam hati. bagaimanapun juga tas ransel usang dan karung bekas beras ini harus sampai ke bidakan*. dihematpun kadang beras dan ikan asin tersebut tidak cukup untuk satu bulan apalagi harus ditinggal. tapi semakin lama ransel dan karung semakin berat, seperti keringat yang keluar menjadi batu-batu kali yang berpindah menjadi isi tas dan karung.
Tempo hari awal-awal sekolah ketika semangat lagi membara, perjalanan 60 km ini seakan dekat, deretan pegunungan meratus terasa nikmat dinikmati hanya dengan berjalan kaki, tak terasa lelah jua menghampiri, tanah merah ini terasa lembut di pijak, laksana permadani merah yang membentang menuju arah impian, bau dedaunan adalah wewangian alam menyeruak kerongga hidung membuat kenangan. Bahkan sulit membedakan antara basah kuyup keringat dengan basah tubuh sehabis berendah di sungai Loksado, semua terasa sejuk.
Kota Kandangan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan bukanlah kota besar, tetapi kota ini cukup membuatku menjadi takjub. Sekian lama di hutan hanya tiap hari hanya bahuma** manoreh** selebihnya berburu, waktu itu duniaku ini sudah terasa besar dan lengkap, bersenda gurau di rumah dengan saudara-saudaraku, sudah cukup bagiku.
Perkenalan dengan Bapak Ipan lah yang membuat duniaku mengerucut kecil, dari puluhan buku SMP terbuka yang kubaca barulah aku sadar bahwa selama ini aku berada di dunia yang tak pernah di impikan anak seuasiaku dimanapun di dunia ini.
" minggu depan bapak bawakan lagi buku-buku bagus untuk kalian" ucap bapak Ipan,
" buku yang banyak gambarnya pak..." sakut Marlan dengan riang
" Jangan hanya melihat gambarnya saja, mulailah mengeja hurufnya pelan-pelan".
walaupun kami kelas 1 di SMP terbuka sebagian besar dari kami belum mampu membaca dengan lancar. kakak kelas kami tahun lalu berjumlah 17 orang lulus ujian nasional semua, tetapi tetap belum bisa dengan lancar membaca, konon katanya mereka menjawab tanpa membaca soal, "mungkin keberuntungan" kata Isna, sambil mengendong anaknya usia 2 tahun.
" gambarnya jangan digunting, nanti temanya tidak bisa lagi melihat-lihat"
" itu...pak...yang gunting si Atur..." kilah Adun, dia tahu si Atur tidak hadir hari ini
" Si Atur mana? " selidik pak Ipan
" Si Atur mana? " selidik pak Ipan
" Mahambit*** pak..."
" oh...., kasih sama Atur ya... Marlan buku yg kamu baca itu...biar dia tidak ketinggalan pelajaran hari ini"
" ingih pak" jawab Marlan sambil sibuk bolak-balik buku Ensiklopedia Antariksa kusam yang tinggal separo
bersambung....
Bidakan : Bahasa banjar untuk bumah kontrakan kecil dengan hanya 1 kamar
Bahuma : Bahasa banjar untuk bertani dan berladang
Mahambit : Bahasa banjar membuat atap rumah berbahan dasar daun dan pelepah pohon Aren