Sabtu, 22 September 2012

Ketika Seminar Di Hotel Berbintang

Tulisan ini tidak bermaksud menertawakan atau pelecehkan, sekedar melihat kenyataan prilaku manusia ketika berada pada peradapan yang berbeda, saya sengaja menyebutnya begitu biar tambah ekstrem, dan kejadian ini bisa saja anda artikan sebagai sebuah kisah lucu, sebagai betapa besarnya ketimbangan sosial yang secara tidak sadar tercipta, atau bahkan sebagai pengalaman anda sendiri.

Awal tahun 2007 saya bersama teman-teman mendapatkan undangan untuk mengikuti kegiatan workshop bertempat di salah satu hotel di kota Surabaya, sedangkan kami dari Kalimantan  untuk menuju kesana perlu melakukan perjalanan udara, yang bagi beberapa teman saya ini merupakan perjalanan kali pertama.

Workshop yang kami ikut adalah tentang pendidikan, terkhusus bagi guru-guru SMP terbuka Se Indonesia, bisa dibayangkan SMP terbuka rata-rata letakknya di pelosok, karena walaupun SMP terbuka diperuntukkan untuk usia sekolah yang ingin sekolah tetapi terkendala waktu, tetapi di Indonesia rata-rata bukan kendala waktu lebih pada kendala keadaan sosial, kultur dan kendala geografi untuk mencapai SMP reguler, sehingga sama dengan asal murid para guru-gurunya juga berasal dari daerah yang peradapannya masih sekelas kampung (maaf saya sebut demikian supaya lebih dramatisir).

Pesawat mulai take off perlahan, persis disamping saya teman yang baru pertama kali naik pesawat secepatnya berdoa sambil memejamkan mata, berdoa agar perjalanan selamat sampai tujuan. dibelakang saya pada grusuk-grusuk ribut, ternyata mereka mengadakan taruhan...dan taruhanya luar biasa sulit untuk di capai...taruhannya adalah siapa yang bisa mencium salah satu pramugari dalam penerbangang ini adalah pemenangnnya...luar biasa tinggi tantangannya, saya..tentu saja tidak berani ikut.

Teman disamping saya matanya masih terpenjam, berarti doanya belum selesai,...tepat 20 menit penerbangan berlangsung taruhan mulai dilaksanakan, salah seorang teman yang berjanji dapat mencium pramugari mulai beraksi, di mulai berjalan menuju wc pesawat di luar wc di ngobrol dengan pramugari..
T                 : Mbak...wcnya kosong?
Pramugari   : iya mas..silakan...
T                 : Apa...?
                     (sambil mendekatkan sedikit wajah ke telinga pramugari..)
Pramugari   : silakan...mas, di dalam tidak ada orang...
T                 : Apa mbak..... lebih keras ngomongnya saya tidak bisa mendengan
                      (sambil terus mendekatkan wajah....)
Pramugari   : (juga mendekatkan wajah ke T ) silakan mas...wcnya kosong....
T                 : Apa Mbak...maaf saya tidak bisa dengar....(terus mendekat...)
Pramugari   : Silakan mas...wcnya kosong ( sambil menunduk memposisikan wajah sejajar dengan T)
T                  :   oh...terimaksih
                     ( sambil reflek bergerak dgn tidak sengaja menyentuhkan bibir ke pipi pramugari )

Pesawat hampir landing, teman disamping masih terpejam, saya kira doanya masih panjang.., sampai pesawat mendarat dan separuh penumpang berdiri, teman saya masih saja terpejam matanya, luar biasa....doanya lebih panjang dari waktu perjalanan ini ( belakangan saya baru tahu kalau dia menghalau rasa takut naik pesawat dengan memejamkan mata) pantas heheheh.

Lobi hotel sesak dengan para peserta workshop dari berbagai wilayah di Indonesia, setelah menyelesaikan tugas administrasi, kunci kamar didapat. kejadian lucu di mulai lagi. ..dari, tidak bisa menyalakan lampu listrik di kamar sampai buang hajat di toilet duduk bingung cari gayung untuk cebok.

Sarapan malam di sediakan, dalam waktu singkat habis tak tersisa, sekali lagi luar biasa....makanan untuk porsi 150 orang dihabiskan oleh sekitar 85 orang peserta, sisanya beli makan diluar heheheh...petugas hotel kebingungan, sambil menelisik jangan-jangan ada yang membungkus membawa pulang. Rupanya kejadian sarapan alam ini berulang pada acara makan-makan selanjutnya, alhasil pihak hotel pun mengambil kebijakan porsi diperbesar kulaitas menu diturunkan, jadilah sarapan dengan hanya satu dua menu lauk dan sayur saja dari yang tadinya prasmanan dengan hidangan berbagai menu.

Melihat daftar harga kamar permalam yang hampir sama dengan gaji honor pengajar di SMP terbuka, para peserta menjadi takjub sekaligus bangga, ini adalah salah satu pencapaian terbesar dalam hidup, melakukan perjalanan udara dan menginap di hotel kelas berbintang, sejarah yang perlu diabadikan kedalam artefak sebagai bukti nyata, jadilah setiap ada fotografer yang menjepret para peserta bergaya dikira adalah bagian dari panitia padahal para fotografer lepas yang menjual dan memajang foto-foto halaman hotel, sebagian teman saya mendominasi foto-foto yang dipajang tersebut dan yang ditebus hanya satu. heheheh.

Hotel tempat kami menginap merupakan hotel berbintang, konon katanya tempat yang sama di tempati oleh pejabat-pejabat daerah kalau ke Surabaya. dengan kesimpulan demikian maka taman-taman sepakat untuk jalan-jalan kepertokoan dengan memakai "sandal" yang sama, sandal  yang tersedia di tiap kamar hotel, sandal yang lengkap dengan logo hotel. "biar orang tahu bahwa kita nginap di hotel ini" kata ketua regu rombongan 20 orang menuju Tunjungan Plaza. heheheheh
 (tiga minggu kemudian saya ketemu lagi dengan salah satu dari mereka di pasar kampung dan masih dengan sandal yang sama, luar biasa, hehehhe)

1 komentar: