Rabu, 11 Juli 2012

Siswa Baru


Ibarat musim bagi bagi petani adalah penentuan untuk memulai menanam tanaman, Bagi lembaga pendidikan sekolah dari pendidikan dasar, menengah dan atas maka bulan ini (Juli) merupakan musim untuk menerima murid baru.

Siswa-siswa baru kemudian memasuki proses belajar mengajar. yang kemudian dari proses ini melahirkan musim-musim lagi, nanti akan ada musim ulangan sekolah, musim ujian, musim musim kenaikan kelas.

Jika petani mengalami gangguan dalam pertaniannya karena adanya musim yang kadang beranomali, sebaliknya di sekolahan para guru dan penyelenggara proses pendidikan juga mengalami gangguan oleh fenomena musim-musim tersebut.

Diawali ketika musim penerimaan siswa baru, ini adalah saat yang paling mendebarkan. betapa tidak ketika panitia diharuskan menerima siswa dengan obyektif dengan harapan siswa yang masuk benar-banar layak masuk sekolah tersebut dengan persyaratan tertentu. misalnya persyaratan akademik untuk kontrol kualitas. tetapi tiba-tiba ada permintaan dari pihak tertentu untuk meminta meluluskan calon siswa tertentu padahal secara akademik tidak layak lulus.

Foto: http://www.lensaindonesia.com
Jumlah pemintaan demikian kadang tidak sedikit, siswa titipan ini bahkan sampai lebih dari 50% dari qouta yang tersedia bukankah ini menjadi dilema bagi sekolah. Pada sisi tertentu sekolah ingin mempertahankan kualitas lulusan disisi lain inputnya diisi oleh mutu rendah akedemik, yang layak secara akademik terpaksa tersingkir oleh siswa titipan.

Untuk menghindari musim ini tentulah tidak semudah hanya dengan menerapkan aturan. tidak ada sangsi untuk sekolah tidak menerima siswa titipan tetapi terdapat sangsi lain yang didapat sekolah karena yang menitip siswa-siswa bukanlah orang sembarangan, mereka adalah orang-orang yang secara politik dan jabatan lebih dari panitia penerimaan siswa baru, tentu mudah sekali bagi mereka untuk merubah kebijakan menyangkut kepentingan sekolah tersebut.

Rupanya dibalik keingian mulia untuk menciptakan penerus pemimpin generasi bangsa yang baik, jujur harus dimulai dengan ketidakjujuran, siasat jahat, politik busuk dan kongkalikung kepentingan.

Semoga guru-guru Indonesia bersabar menghadapi ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar